Apa sih bedanya antara sekolah dengan kurikulum diknas/nasional dengan kurikulum nasional plus, atau bahkan international? apakah hanya bahasa pengantar dan biayanysa saja yang berbeda? Bukankah sekolah manapun, bisa menghasilkan anak didik yang bisa berkarya? lalu kenapa harus pilih sekolah yang lebih mahal?
Dari riset yang saya lakukan, melalui baca buku, diskusi dengan pengajar dan dari pengalaman sendiri, saya bisa menyimpulkan bahwa kurikulum dari departemen pendidikan nasional tidak memperhatikan bagaimana cara anak belajar. Metode pengajarannya cenderung kebalikan dari teori psikologi/riset pendidikan mengenai lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Pertama, ketika anak masih kecil, lebih mudah untuk belajar dari hal yang konkrit (ada bentuk yang bisa di pegang dan dilihat) baru kearah yang bersifat konseptual. Misal dalam pelajaran matematika, akan lebih mudah mengajarkan konsep penjumlahan dengan menggunakan benda yang bisa dipegang, misal dengan mainan yang dikelompokkan. Dari pada dengan tulisan angka 1+1=? Karena tulisan sangat abstrak dan butuh usaha untuk menerjemahkannya.
Pada anak dengan usia lebih besar, hal ini dapat terlihat jelas ketika anak tidak bisa menjawab masalah yang berbeda dari latihan soal yang pernah dikerjakannya walau sebenarnya menggunakan konsep yang sama. Karena proses belajarnya dimulai dari teori yang diajarkan pada anak, lalu diberikan contoh penerapannya. Bukan dari pengenalan masalah, lalu dibimbing utk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini yang menyebabkan tidak terjadi proses internalisasi, dimana anak menemukan ‘aha moment’ dan mengerti apa yang sedang dipelajarinya.
Kedua, kurikulum diknas hanya mementingkan kemampuan akademis (matematika, sains, bahasa). Di mana kemampuan lain seperti kesenian, olah raga, budaya lebih dianggap lebih tidak penting dan diposisikan lebih rendah. Padahal tiap orang memiliki minat dan bakat sendiri. Orang yang passionnya menari, akan sangat menderita bila harus menguasai ilmu fisika teori seperti orang yang passionnya di fisika. Tapi ketika ia diminta untuk mengembangkan tarian, matanya berbinar2, gerakannya luar biasa dan waktu berjalan cepat untuknya ketika ia latihan menari.
Akan sangat tidak adil bila anak-anak yang memiliki bakat dan minat di luar akademis akan dianggap bodoh dan tidak berbakat.